Selasa, 08 November 2011

Review Buku Metodologi Bibel Dalam Studi Al-Qur’an BAB I


Buku yang berjudul Metodologi Bibel Dalam Studi Al-Qur'an ini. Menjelaskan tentang hal-hal berikut: Bab Pertama, mengungkap hujatan tokoh-tokoh Kristen terkemuka kepada Al-Qur'an. Bab Kedua, menjelaskan tentang Kajian kritis Bibel (biblical criticism) menghasilkan berbagai metode analisa teks. Para sarjana Barat menjadikan berbagai metode Bibel tersebut sebagai kerangka dasar untuk membingkai studi Al-Qur'an. Filsafat hermeneutika yang berkembang dari studi Bibel ikut diadopsi oleh beberapa sarjana Muslim kontemporer seperti Mohammed Arkoun dan Nasr Hamid untuk diserap ke dalam studi Al-Qur'an. Bab Ketiga, akan membahas dan menjawab kritikan para orientalis modern dan k
ontemporer yang menggunakan metodologi Bibel untuk mengkritik Al-Qur’an. Bab Keempat, akan memaparkan kajian yang dilakukan sarjana Yahudi-Kristen mengenai kosa-kata asing di dalam Al-Qur’an.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang selalu memotivasi saya dalam mereview buku yang sangat bagus ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua individu yang ikut memudahkan saya dalam menyelesaikan review ini.

Akhirnya, saya berharap dan berdoa semoga Allah meridhai tulisan ini dan bermanfaat serta menyadarkan kaum Muslimin akan tantangan yang terus-menerus diajukan kalangan Yahudi dan Kristen (orientalis) terhadap Al-Qur'an. Amien ...

BAB I

MENGHUJAT AL-QUR'AN

Kalangan Yahudi-Kristen menolak jika Al-Qur'an meluruskan fondasi agama Yahudi-Kristen. Oleh sebab itu, sejak awal mereka menganggap Al-Qur'an sama sekali bukan kalam Ilahi. Mereka menjadikan Bibel sebagai tolak ukur untuk menilai Al-Qur'an. Mereka menilai bila isi Al-Qur'an bertentangan dengan kandungan Bibel, maka Al-Qur'an yang salah. Sebabnya, menurut mereka, Bibel adalah God's Word, yang tidak mungkin salah. Karena Al-Qur'an berani mengkritik dengan sangat tajam kata-kata Tuhan di dalam Bibel, maka AI-Qur'an bersumber dari setan . Berikut hujatan-hujatan dari kalangan Kristen kepada Al¬ Qur'an. Dari abad ke-8 sampai abad ke-16M.

1. Leo III ( 717-741 )

Leo III, seorang Kaisar Biizantium (717-741) Konon ia berpolemik melalui surat menyurat dengan `Umar ibn `Abdul `Aziz, yang dikenal juga dengan `Umar II, seorang Khalifah pada dinasti Umayyah yang memerintah dari tahun 99 H/717 sampai tahun 101 H/ 720.

Sebenarnya, informasi mengenai terjadinya polemik surat-menyurat antara Leo III dan `Umar II masih sangat diragukan. Naskah yang paling awal memuat kisah tersebut mungkin baru ditulis sekitar akhir abad IX oleh Ghevond- sekitar 180 tahun setelah polemik itu terjadi. Pendapat itu tidak punya landasan yang kukuh. Pendapat bahwa al-Hajjaj telah mengubah Mushaf `Utsmani kembali digemakan oleh para orientalis pada abad ke-20, sebagaimana nanti akan dibahas pada Bab III.

2. Johannes dari Damaskus ( ± 652-750 )

Johannes Damascenus/John of Damascus/Yuhanna al-¬Dimashqi menulis dalam bahasa Yunani kuno, sekitar tahun 743 M, membahas mengenai sekte-sekte bid`ah. Salah satunya Islam, yang merupakan pembahasan paling terakhir dari berbagai macam sekte-sekte bid`ah. Dalam tulisannya itu, Johannes tidak pernah menyebut orang-orang Islam sebagai Muslim. Ia menyebutnya Ismaelitai yang artinya orang-orang Isma`il, Agarenoi artinya orang-orang Agar dan Sarrakhenoi yang artinya Sarah ditinggalkan. Ia menyebut Al-Qur'an sebagai graphe artinya kitab dan berpendapat Mamed yang artinya Muhammad bukanlah seorang Nabi. Ia menegaskan Al-Qur'an banyak memuat cerita-cerita bodoh. Sebenarnya, hujatan sinis Johannes kepada AI-Qur’an disebabkan kebenciannya kepada AI-Qur'an.

Pemahaman Johannes terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tersebut sangat frag¬mentatif karena ia tidak melihat pra (sibaq), paska (lihaq) dan suasana (siyaq) ketika ayat tersebut diturunkan. Johan¬nes mengabaikan juga konteks ayat-ayat tersebut.

3. ‘Abdul Masih al-Kindi ( ± 873 )

Risalah `Abdul Masih al-Kindi untuk menghujat Al-Qur'an mulai diketahui secara luas ketika pada akhir abad ke-9. Al-Kindi, yang diduga penganut Kristen Nestorian, berpendapat bahwa Muhammad bukanlah seorang Nabi, Cerita Muhammad mengenai `Ad, Thamud, unta dan gajah adalah cerita-cerita bodoh. Menurut al-Kindi, setelah Muhammad wafat, `Abdullah ibn Sallam dan Ka`b, yang beragama Yahudi, yang sebelumnya pura-pura memeluk Islam, telah mengubah Al¬-Qur'an. Al-Hajjaj ibn Yusuf al¬-Tsaqafi telah menghilangkan banyak ayat-ayat AI-Qur'an. Ibn Mas`ud menolak menyerahkan mushafnya.

Al-Kindi menyimpulkan orang yang percaya Al-Qur'an berasal dari Tuhan adalah orang yang sangat tolol. al-Kindi menyalahkan Muhammad karena berpendapat Al-Qur'an diwahyukan dalam bahasa Arab. Menurut al-Kindi, AI-Qur'an memuat banyak sekali kosa kata bahasa asing.

Sebenarnya, risalah al-Kindi memiliki banyak permasa¬lahan yang belum terselesaikan. Al-Biruni menyebutkan ‘Abdul Masih al ¬Kindi dan Abdullah ibn Isma'il al-Hashimi. Nama sebenarnya ‘Abdul Masih al-Kindi masih menjadi sebuah persoalan. Kapan karya al-Kindi ditulis, masih merupakan sebuah persoalan di kalangan orientalis. Kisah-kisah di dalam Bibel itu berseberangan dengan Al-Qur'an, seperti masalah penyaliban Yesus sendiri.

Selain itu, tuduhan bahwa kisah Al-Qur'an tentang kaum `Ad, Thamud, unta dan gajah, adalah cerita-cerita bodoh tidak berdasarkan kepada bukti yang kukuh. Memang secara akal, kisah-kisah tersebut statusnya mungkin terjadi mungkin juga tidak. Namun, disebabkan Al-Qur'an adalah kalam Ilahi, maka kisah-kisah tersebut memang merupakan suatu fakta. Justru Rasulullah saw. datang untuk meyakinkan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut memang terjadi. Inilah salah satu peran wahyu dalam epistemologis; memberi keyakinan kepada akal yang ragu. al-Kindi sama sekali tidak menyebutkan bukti untuk menyokong pendapatnya.

4. Petrus Venerabilis (Peter the Venerable 1094-1156)

Pierre Maurice de Montboissier (Petrus Venerabilis) mengkaji Islam dengan terorganisir dalam bentuk Studi Islam (Islamic Studies). Salah satunya hasilnya adalah penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bahasa Latin oleh Robert dari Ketton. Para pendeta, pastor, dan misio¬naris selama 600 tahun menjadikan terjemahan Ketton sebagai sumber utama ketika merujuk kepada Al-Qur'an. Nicholas dari Cusa (1401-1464), Dionysius Carthusianus (1402/3-1471), Juan dari Torquemada (1388-1468), Juan Luis Vives (1492-1540), Martin Luther (1483-1546), Hugo Grotius (1583-1645) dan lain-lainnya, memanfaat terjemah¬an Ketton ketika mengkaji Islam. Pada akhir abad ke-17 M, tepatnya pada tahun 1698, Ludovico Marracci (1612-1700) menunjukan berbagai kelemahan terjemahan Ketton, Akibatnya, terjemahan Ketton sudah mulai tidak digunakan lagi. Motif Petrus Vencrabilis membentuk "lslamic Studies" di Spanyol adalah untuk "membaptis pemikiran kaum Muslimin. "Dalam pandangannya, kaum Muslimin perlu dikalahkan bukan saja dengan ekspedisi militer, namun pemikiran mereka juga perlu ditaklukkan".

Ia menyatakan Islam adalah sekte terkutuk sekaligus berbahaya, doktrin berbahaya (pestilential doctrine), ingkar (impious) dan sekte terlaknat (a damnable sect) dan Muhammad adalah orang jahat. Petrus Venerabilis menyatakan Al-Qur'an tidak terlepas dari peran setan.

Perjalanan sejarah membuktikan Petrus Venerabilis benar. Sekalipun pada zamannya, usahanya tidak mendapat banyak sambutan. Namun misi dan visinya justru menjadi kenyataan setelah ratusan tahun kematiannya. Sekarang, studi Islam di Barat telah menjadi "rujukan" Banyak sekali calon-calon intelektual Muslim mempelajari Islam melalui orang-orang Kristen, Yahudi atau bahkan Ateis. Dengan banyaknya pemikir Muslim pada abad 20 ini yang terpengaruh Kristen, maka "penaklukan pemikiran" yang dicita-citakan oleh Petrus Venerabilis telah menjadi sebuah kenyataan.

5. Ricoldo da Monte Croce (±1243-1320)

Ricoldo da Monte Croce (Ricoldus de Monte Crucis), berpendapat setan mengarang AI-Qur'an sekaligus membuat Islam, mengklaim banyak penyimpangan terjadi di dalam sejarah Al-Qur'an. Dalam pandangannya, versi qiraah sab`ah tidak sama dengan versi Audala filius Mesetud (`Abdullah ibn Mas`ud), Zeid filius Tampeth (Zayd ibn Thabit), Ocanan filius Ophyn (`Utsman ibn `Affan) dan Oenpe tilius Tap (Ubayy ibn Ka`b). Menurut Ricoldo, teks Al-Qur'an sekarang ini berasal dari perintah dan paksaan Marwan ibn al-Hakam kepada orang-orang Islam.

Dalam pandangan Ricoldo, makna sebenarnya ahlul kitab justru merujuk kepada Muslim. Menurutnya lagi, nama¬ nama surah-surah di dalam AI-Qur'an seperti Surah Lebah (al-Nahl), Semut (al-Naml) dan Laba-Laba (al-`Ankabut) sangat tidak sesuai untuk disebut sebagai wahyu Tuhan. Selain memuat kata yang tidak senonoh (obscene) seperti zina, Al-Qur'an juga memuat berbagai kata yang tidak penting dan berulang-ulang.

Dalam pandangan Ricoldo, susunan Al-Qur'an sangat tidak sistematis. Tidak ada kronologi waktu, periodesasi raja- raja, susunan kisah yang teratur, subjek pembahasan, berangkat dari yang tidak relevan kepada yang tidak relevan lainnya, logika yang tidak tersusun; dari premis yang betul ke hal-hal yang tidak berhubungan.

Ricoldo menyimpulkan: Pertama, Al-Qur'an hanyalah kumpulan bid`ah-bid`ah lama yang telah dibantah sebelumnya oleh otoritas Gereja. Kedua, karena Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak memprediksi sebelumnya, maka AI-Qur'an tidak boleh diterima sebagai "hukum Tuhan." Selain itu, doktrin-doktrin Islam mengenai kesalahan agama Kristen dan Yahudi tidak bisa diterima. Ketiga, gaya bahasa Al-Qur'an tidak sesuai untuk disebut menjadi "Kitab Suci". Keempat, klaim AI-Qur'an yang berasal dari ilahi tidak memiliki basis di dalam tradisi Bibel. Selain itu, konsep-konsep etika di dalam Al-Qur'an bertentangan dengan pernyataan-pernyataan filosofis. Kelima, Al-Qur'an penuh dengan berbagai kontradiksi internal. Al-Qur'an sangat tidak teratur. Keenam, kebenaran Al-Qur'an tidak dibuktikan dengan mukjizat. Ketujuh, Al-Qur'an bertentangan dengan akal. Buktinya, kehidupan Muhammad tidak bermoral dan Al-Qur'an memuat hujatan dan pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal mengenai hal-hal ketuhanan dan sebagainya. Kedelapan, Al-Qur'an me¬ngajarkan kekerasan untuk menyebarkan Islam dan meng¬akui ketidakadilan. Kesembilan, sejarah Al-Qur'an tidak menentu. Kesepuluh, Peristiwa mi`raj adalah fiksi murni dan dibuat-buat.

Tulisan-tulisan Ricoldo terhadap Al-Qur'an sama sekali tidak ilmiah dan sangat sinis. Hujatannya sebenarnya lebih tepat ditujukan kepada Bibel. Ini karena Bibel banyak sekali memuat cerita-cerita yang tidak senonoh dan porno serta tidak masuk akal. Bibel bertentangan dengan sains. Selain itu, sejarah penulisan dan penghimpunan Bibel sangat tidak menentu. Oleh sebab itu, kritikan Al-Qur'an kepada Bibel adalah benar dan logis. Al-Qur'an mengingkari bahwa `Isa as sebagai Tuhan. Mengakui seorang manusia sebagai Tuhan justru tidak masuk akal. Ringkasnya, Ricoldo tidak mengapli¬kasikan pandangan sinisnya kepada Bibel. Sebaliknya, ia tetap menganggap Bibel yang sebenarnya memiliki sejumlah permasalahan mendasar, sebagai sebuah kitab suci.

6. Martin Luther (1483-1546)

Luther menerjemahkan karya Ricoldo dalam bahasa Latin, Confutatio Alcorani (Bantahan Trrhadap AI¬ Qur'an) ke bahasa Jerman (Verlegung des Alcoran Bruder Richardi) pada tahun 1542. Luther tidak percaya jika ada manusia yang mau memercayai ketololan dan ketakhayulan AI-Qur'an. Luther juga menulis kata pengantar untuk karya Theodore Bibliander (1504-1564), yaitu Vorrede zu Theodor Bibliandus Koranausgabe (Kata pengantar kepada Al-Qur'an Edisi Theodor Bibliander) pada tahun 1543. Pada awal tahun 1530-an, Bibliander minta tolong kepa¬da sahabatnya, Johannes Oporin, supaya menyediakan teks-teks Arab kepadanya. Saat itu, Al-Qur'an dianggap sebagai sebuah buku berbahaya (a dangerous book).

Dalam pandangan Luther, Setan adalah pengarang terakhir Al-Qur'an. (The devil is the ultimate author of the Qur'an). Pendapat Luther berdasarkan kepada Yohannes 8 (44).

Luther menyebut Tuhan orang-orang Turki adalah setan (demon) karena ketika orang-orang Turki berperang, mereka berteriak Allah! Allah! Ini sama halnya dengan tentara-tentara Paus ketika berperang berteriak Ecclesia! Ecclesia! Bagi Luther, teriakan Gereja (ecclesia) adalah dari setan. Luther, yang digelari 'the father of the reformation' (Bapak Reformasi) menganggap hanya Bibel yang menjadi kitab suci.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar