Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu dan berqurbanlah Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. al-kautsar 1-3
Ibadah qurban mengingatkan perjuangan hidup manusia dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dan manifestasinya dalam kehidupan bermasyarakat. dalam ibadah ini
manusia diajak oleh syariat Islam, untuk meneladani dua kekasih Allah, yakni Nabi Ibrahim A.S. dan Nabi Ismail A.S. dalam menjalankan perintah Allah yang amat berat karena anak yang dirindukannya puluhan tahun itu, setelah beranjak dewasa dan menarik hatinya , oleh Allah disuruh agar disembelinya. Hal ini diceritakan oleh Allah dalam do’a nabi Ibrahim dalam surat ash- shaaffat ayat 102
Maka tatkala anak itu sampai umur (dewasa) Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".(ash- shaaffat 102)
Dari cerita diatas menggambaran ketaqwaan Ismail kepada Tuhannya. Yang harus kita tiru dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan keikhlasannya menerima tawaran ayahandanya untuk disembelih sebagai pembuktian cintanya kepada Allah SWT. Dan ke mampuannya mengalahkan keinginan nafsu dan tuntutan dunia, sehingga kisahnya diabadikan oleh Allah dalam Al- Qur’an.
Ibadah qurban bukan hanya sekedar tradisi menyembelih binatang dan membagikan dagingnya. Tetapi dalam ibadah qurban setidaknya kita lakukan dua hal yaitu :
Pertama, menelusuri makna kalimat dan istilah qurban itu sendiri, dan kedua, mengambil essensi dari kisah agung yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Ismail A.S
Istilah qurban dalam bahasa Al-Quran artinya dekat, yakni dekat dan mendekatkan diri kepada Allah. Mendekatkan diri kepada Allah adalah essensi semua ibadah. Karena hakekat ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menjalankan dan tunduk kepada perintah-Nya dan menjauhi semua laranganNya, serta menjalankan segala yang diperintahkan oleh-Nya, melalui ajaran Rasulnya, Muhammad SAW.
Maka, kebenaran pernyataan Allah yang menegaskan bahwa dalam ibadah qurban itu bukanlah daging-daging sembelihan qurban itu yang akan sampai kepada Allah, tetapi ketaqwaan orang yang berqurban itulah yang akan sampai kepada Allah. Sebagaimana firmanNya dalam surat al- Hajj : 37 )
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya (Al-Hajj: 37)
Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa dalam berqurban bukan hanya binatang yang kita hadirkan untuk diqurbankan melaikan juga ketaqwaan, ketaatan, keikhlasan niat pelaku qurban. Sehingga diterima dan mendapat ridha dari Allah swt.
Disamping itu dari filosofi qurban mengajarkan kepada kita bahwa :
- Ketika cinta telah memuncak, maka pengorbanan itu sendiri menjadi puncak kebahagiaan. Bahkan, tanpa disuruh pun akan dilaksanakannya dengan senang hati dan spontan dengan mengorbankan apa saja yang menjadi milik kita.
- Kenikmatan yang diperoleh dengan pengorbanan jauh lebih bernilai tinggi dan lebih bermakna dibanding kenikmatan yang diperoleh dengan Cuma-Cuma.
- Setiap kenikmatan diperoleh dengan perjuangan dan setiap perjuangan harus dilalui dengan pengorbanan. Besar kecilnya pengorbanan dalam perjuangan biasanya berbanding lurus dengan besar kecilnya hasil yang diperoleh.
- Berqurban adalah membangun solidaritas sosial kepada sesama umat Islam, dan mengkuatkan persaudaraan sesama muslim.
Akhirnya, dua peristiwa monumental diatas ( haji dan qurban ) memberikan gambaran dan pelajaran yang konkret kepada kita tentang kekuatan usaha dan doa. Karna kesuksesan yang selalu didambahkan oleh manusia tidak didapat dengan angan-angan melainkan dengan usaha, berkerja keras semaksimal mungkin dan disertai dengan doa, penuh optimisme bahwa Allah akan mengabulkan dan memberi pertolongan kepada kita hambaNya. Hal itu terlukiskan indah dalam do’a Nabi Ibrahim a.s :
Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.( Ibrahim : 37 )
Semoga kita mampu mengambil spirit Idul Adha ini, dengan mengimplementasikan nilai-nilai pengorbanan mendasar sebagai momentum perubahan menuju terwujudnya generasi muthahhar. Amien, Ya Rabbal Alamien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar