Melalui ayat-ayat al-Qur’an, Allah menyampaikan kepada manusia jenis moral dan cara hidup yang diridhai-Nya. Hanya orang-orang beriman yang mau mematuhi perintah Allah dengan cara yang terbaik. Bahkan ketika mereka memiliki pengetahuan tentangnya, sebagian besar orang mengabaikan gaya hidup yang diridhai Allah karena mereka tidak punya tujuan untuk menyenangkan-Nya.
Sebaliknya, orang-orang beriman berusaha untuk mematuhi setiap ayat dalam al-Qur’an dengan sungguh-sungguh dan tidak ada konsesi dalam masalah ini. Bahkan ketika mereka menghadapi situasi yang bertentangan dengan kecenderungan duniawi mereka, mereka tidak menampakkan sedikit pun ketakutan; sebaliknya, mereka memenuhi tugas-tugas sulit dengan gairah besar sepan-jang hidup mereka.
Yang menunjukkan gairah orang-orang beriman untuk mendapatkan ridha Allah ialah usaha mereka untuk menyenangkan Allah. Ketika seorang beriman menjumpai beberapa pilihan, dia memilih yang paling disukai Allah. Dia mendasarkan keputusannya pada kriteria yang ditetapkan al-Qur’an, Sunah dan kemudian hati nuraninya. Dalam al-Qur’an, Allah memberi tahu orang-orang beriman tentang cara hidup yang paling baik dalam pandangan-Nya dan menjelaskan kepada mereka perilaku yang paling menyenangkan-Nya. Karena itu sepanjang hidupnya, orang-orang beriman dibimbing oleh hati nurani yang senantiasa menyarankan tindakan terbaik dan paling benar. Diantara banyak pilihan, hati nurani mengarahkan manusia ke jalan yang benar yang didasarkan pada pengetahuan dari al-Qur’an.
Berikut ini adalah contoh petunjuk Allah dalam masalah tersebut:
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku untuk mengucapkan perkataan yang lebih baik.” (Q.s. al-Isra’: 53).
Allah memerintah manusia untuk mengucapkan “perkataan yang lebih baik” kepada satu sama lain. Mengucapkan kata yang baik adalah suatu tindakan yang akan memperoleh ridha Allah. Namun, mengucapkan “perkataan yang lebih baik” adalah yang paling diridhai Allah dan menambah balasannya karena Allah memberi tahu kita bahwa itu merupakan amal yang paling baik.
Demikian pula, Allah menyatakan dalam al-Qur’an bahwa perbuatan jahat bisa dibalas dengan perbuatan yang setimpal dengannya. Namun, Allah juga menyuruh kita untuk melihat fakta bahwa memaafkan dan memperlihatkan sikap yang baik guna memperbaiki moralitas orang yang berbuat salah adalah lebih baik:
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Q.s. asy-Syura: 40).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat itu, membalas kejahatan dengan kejahatan adalah tindakan yang sesuai dengan hukum Allah. Namun, memaafkan adalah tindakan yang lebih baik dan mendorong orang untuk memperoleh ridha Allah. Dalam suatu situasi di mana orang dapat melaksanakan haknya, berusaha untuk mengendalikan kemarahan dan memaafkan orang yang berbuat salah adalah pertanda kesempurnaan moral. Itu karena orang menolak untuk mematuhi ke¬inginan nafsunya dan menampakkan kesabaran yang mulia demi memperoleh ridha Allah. Ayat berikut ini menyatakan:
“Tetapi orang yang bersabar dan mema¬afkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diuta¬makan.” (Q.s. asy-Syura: 43).
Perbedaan dengan orang-orang yang memiliki gairah kuat terlihat dari sikap mereka yang selalu memilih yang terbaik. Apa pun keadaannya, mereka memperlihatkan tekad untuk melakukan yang paling disenangi Allah. Sebagai balasannya Allah memberi mereka kabar baik bahwa Dia akan menun¬jukkan mereka kepada keselamatan:
“Dengan Kitab itulah Allah menunjukkan orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menun¬jukan mereka ke jalan yang lurus.” (Q.s. al-Ma’idah: 16). Wallahu alam bi shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar