Ada sekelompok orang yang memiliki pandangan
hidup atau biasa kita kenal dengan sebutan WorldView yang bersumber
murni dari akal rasional dan pengalaman empiris. Mereka hanya mengakui sumber
ilmu yang berasal dari kedua hal tersebut. Hal yang bersifat metafisis mereka
tolak, bahwasanya itu bukan merupakan sebuah ilmu. Hal yang bersifat metafisis
dianggap tidak ilmiah. Yang ilmiah hanyalah yang sesuai dengan akal dan
pengalaman manusia. Padahal tidak demikian.
Islam sebagai sebuah
pandangan hidup Worlview mengajarkan bagaimana cara bagi manusia untuk
mengetahui kebenaran dengan metode yang benar menggunakan dalil yang sohih. Jika
seseorang menggunakan metode serta dalil yang benar seseorang tidak akan
tersesat bahkan berputar- putar dalam artian tidak ketemu jawaban atas
persoalan yang dialaminya.
Perlu diketahui, akal
manusia memiliki kekurangan serta keterbatasan, begitu juga sebuah pengalaman. Antara
pengalaman satu orang dengan yang lain akan sangat berbeda. akal bukanlah ukuran segala sesuatu. ketika seseorang
sudah me-Tuhan-kan akal dan pengalaman empiris, sebenarnya ia telah menundukkan
dirinya sendiri dengan akal yang ada dalam tubuhnya sendiri. Dan ia tidak
mengakui Allah Ta’ala sebagai Tuhan yang menciptakannya. Tentunya sebagai
seorang muslim tidak dibenarkan mengikuti pemahaman yang seperti ini. Akal dan
pengalaman sebenarnya merupakan alat, sarana atau instrument untuk memahami fenomena
yang ada dalam dirinya dan sekitar mereka.
Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai Dasar epistemology Islam. Membimbing kita menuju kebenaran hakiki.
dengan kedua sumber ini seseorang sanggup mengarungi samudera kehidupan dengan
tanpa tersesat baik di dunia maupun di akhirat. Manusia diajarkan bagaimana
menjadi seorang yang berilmu dengan memperhatikan dirinya sendiri dan juga
sekitarnya. Maka dari itu Islam adalah agama Ilmu dan peradaban.
“bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena
Dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah
kembali(mu). bagaimana pendapatmu
tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika mengerjakan shalat, bagaimana
pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran. atau Dia
menyuruh bertakwa (kepada Allah)? bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang
itu mendustakan dan berpaling? tidaklah
Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? ketahuilah,
sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya.
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka Biarlah Dia
memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil Malaikat
Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). QS. Al-Alaq; 1- 19. Wallahu ‘alam Bi Showab
Penulis;
Mohammad Harir Saifu Yasyak, S.Fil.I (Peserta Program Kaderisasi Ulama [PKU]
Gontor dan MUI Pusat. Angkatan Ke-VI. 2012- 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar