Senin, 07 Januari 2013

Membaca Dengan Worlview Yang Benar



Ada sekelompok orang yang memiliki pandangan hidup atau biasa kita kenal dengan sebutan WorldView yang bersumber murni dari akal rasional dan pengalaman empiris. Mereka hanya mengakui sumber ilmu yang berasal dari kedua hal tersebut. Hal yang bersifat metafisis mereka tolak, bahwasanya itu bukan merupakan sebuah ilmu. Hal yang bersifat metafisis dianggap tidak ilmiah. Yang ilmiah hanyalah yang sesuai dengan akal dan pengalaman manusia. Padahal tidak demikian.

Islam sebagai sebuah pandangan hidup Worlview mengajarkan bagaimana cara bagi manusia untuk mengetahui kebenaran dengan metode yang benar menggunakan dalil yang sohih. Jika seseorang menggunakan metode serta dalil yang benar seseorang tidak akan tersesat bahkan berputar- putar dalam artian tidak ketemu jawaban atas persoalan yang dialaminya. 

Perlu diketahui, akal manusia memiliki kekurangan serta keterbatasan, begitu juga sebuah pengalaman. Antara pengalaman satu orang dengan yang lain akan sangat berbeda. akal bukanlah ukuran segala sesuatu. ketika seseorang sudah me-Tuhan-kan akal dan pengalaman empiris, sebenarnya ia telah menundukkan dirinya sendiri dengan akal yang ada dalam tubuhnya sendiri. Dan ia tidak mengakui Allah Ta’ala sebagai Tuhan yang menciptakannya. Tentunya sebagai seorang muslim tidak dibenarkan mengikuti pemahaman yang seperti ini. Akal dan pengalaman sebenarnya merupakan alat, sarana atau instrument untuk memahami fenomena yang ada dalam dirinya dan sekitar mereka.

Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai Dasar epistemology Islam. Membimbing kita menuju kebenaran hakiki. dengan kedua sumber ini seseorang sanggup mengarungi samudera kehidupan dengan tanpa tersesat baik di dunia maupun di akhirat. Manusia diajarkan bagaimana menjadi seorang yang berilmu dengan memperhatikan dirinya sendiri dan juga sekitarnya. Maka dari itu Islam adalah agama Ilmu dan peradaban. 

“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena Dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).  bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran. atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?  tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). QS. Al-Alaq; 1- 19. Wallahu ‘alam Bi Showab

Penulis; Mohammad Harir Saifu Yasyak, S.Fil.I (Peserta Program Kaderisasi Ulama [PKU] Gontor dan MUI Pusat. Angkatan Ke-VI. 2012- 2013)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar