Dewasa ini umat
Islam dituntut untuk mengahadapi tantangan-tantangan internal dalam Islam dan
tantangan-tantangan ekternal yang berasal dari Barat dan peradapan lainnya yang
berseberangan dengan islam. Problem internal muslim berasal dari kelesuan
intelektual yang berimplikasi pada ekstrimisme, kejumudan, kepicikan,
perselisihan dan perpecahan dikalangan umat muslim. sedangkan problem-problem
ekternal antara lain, westernisasi ideologi atau konsep, seperti materialisme,
kapitalisme, liberalisme, sekularisme, pluralisme relijius, relativisme, dan
lain sebagainya yang mana itu semua berasal dari peradapan Barat.
Wan Mohd Nor Wan Daud dan Syed Mohammad Naquib
al-Attas menyatakan bahwa. Problem terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini
adalah masalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai
(netral) sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan
filsafat, yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Ketika para
pemikir Muslim cenderung latah dengan ide modernisasi dan westernisasi dalam
upaya membangkitkan umat Islam dari keterpurukannya, maka al-Attas adalah sebagian
diantara sejumlah tokoh yang mengingatkan bahaya kelatahan tersebut.
Syed
Mohammad Naquib al-Attas menjelaskan dalam bukunya Risalah untuk Kaum Muslimin
yang selesai ditulisnya pada Maret 1973 bahwa, kebanyakan pemimpin umat Islam
hanya memerhatikan kulit luar dari inti permasalahan yang menggiring umat ke
dalam kancah ketidak beruntungan ini. Terpengaruh oleh ide-ide dan nilai-nilai
Barat, para pemimpin ini kemudian memperbaiki keadaan umat dengan cara-cara
yang salah, yaitu mem-Barat-kan Islam melalui sistem pendidikan atau bahkan
menghapuskan Islam sama sekali, sebagaimana yang dilakukan oleh Kemal Ataturk.
Itulah sebabnya, pada tahun yang sama (1973). Dan sebagai respons terhadap
kuesioner mengenai problematika dunia Islam kontemporer yang dikirim oleh
Sekretariat Islam yang berpusat di Jeddah, Al-Attas menulis:
“In most Muslim countries
today many Muslims think their problems stem from economic or scientific and
technological inadequacy. Although it seems that at first glance this is true,
and yet, however, the real crux of the problem, from which stems all other
problems, is the problem of knowledge (al-'ilm). Except for myself and perhaps
one or two other Muslim philosophers no Muslim scholar in my opinion has
considered the problem of knowledge to be a basic one for the Muslim today”.
Terjemahan
bebasnya adalah sebagai berikut: (Di sebagian negara-negara Islam sekarang ini,
banyak umat Islam yang beranggapan bahwa permasalahan-permasalahan yang mereka
hadapi bersumber dari ketertinggalan dalam bidang ekonomi, sains, dan
teknologi. Walaupun secara sekilas anggapan seperti ini benar, permasalahan
inti yang menjadi penyebab semua permasalahan lainnya adalah permasalahan ilmu.
Menurut hemat saya, selain dari diri saya dan mungkin satu atau dua filosof
Muslim yang lain, tidak seorang pun di antara sarjana Muslim yang memperhatikan
ilmu sebagai permasalahan utama yang dihadapi umat sekarang ini).[1]
Dari
sini bisa kita pahami bahwa pokok permasalahan umat Islam sebenarnya bukan
terletak pada ketertinggalan umat Islam dalam bidang ekonomi, sains, ataupun
teknologi. Akan tetapi inti pokok permasalahan Umat Islam baik secara internal
maupun eksternal adalah the
problem of knowledge
(problem
atau permasalahan ilmu). Wallahu a’lam Bi Showab
penulis:
Mohammad Harir Saifu Yasyak, S. Fil.I
[1] Surat kepada Sekretariat Islam,
15 Mei 1973 dalam Wan Daud, The Educational Philosophy, hlm. 70-71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar