Jumat, 09 November 2012

Problem Pemikiran Islam




            Dewasa ini umat Islam dituntut untuk mengahadapi tantangan-tantangan internal dalam Islam dan tantangan-tantangan ekternal yang berasal dari Barat dan peradapan lainnya yang berseberangan dengan islam. Problem internal muslim berasal dari kelesuan intelektual yang berimplikasi pada ekstrimisme, kejumudan, kepicikan, perselisihan dan perpecahan dikalangan umat muslim. sedangkan problem-problem ekternal antara lain, westernisasi ideologi atau konsep, seperti materialisme, kapitalisme, liberalisme, sekularisme, pluralisme relijius, relativisme, dan lain sebagainya yang mana itu semua berasal dari peradapan Barat.

 Wan Mohd Nor Wan Daud dan Syed Mohammad Naquib al-Attas menyatakan bahwa. Problem terpenting yang dihadapi umat Islam saat ini adalah masalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern tidak bebas nilai (netral) sebab dipengaruhi oleh pandangan-pandangan keagamaan, kebudayaan, dan filsafat, yang mencerminkan kesadaran dan pengalaman manusia Barat. Ketika para pemikir Muslim cenderung latah dengan ide modernisasi dan westernisasi dalam upaya membangkitkan umat Islam dari keterpurukannya, maka al-Attas adalah sebagian diantara sejumlah tokoh yang mengingatkan bahaya kelatahan tersebut.
Syed Mohammad Naquib al-Attas menjelaskan dalam bukunya Risalah untuk Kaum Muslimin yang selesai ditulisnya pada Maret 1973 bahwa, kebanyakan pemimpin umat Islam hanya memerhatikan kulit luar dari inti permasalahan yang menggiring umat ke dalam kancah ketidak beruntungan ini. Terpengaruh oleh ide-ide dan nilai-nilai Barat, para pemimpin ini kemudian memperbaiki keadaan umat dengan cara-cara yang salah, yaitu mem-Barat-kan Islam melalui sistem pendidikan atau bahkan menghapuskan Islam sama sekali, sebagaimana yang dilakukan oleh Kemal Ataturk. Itulah sebabnya, pada tahun yang sama (1973). Dan sebagai respons terhadap kuesioner mengenai problematika dunia Islam kontemporer yang dikirim oleh Sekretariat Islam yang berpusat di Jeddah, Al-Attas menulis:
“In most Muslim countries today many Muslims think their problems stem from economic or scientific and technological inadequacy. Although it seems that at first glance this is true, and yet, however, the real crux of the problem, from which stems all other problems, is the problem of knowledge (al-'ilm). Except for myself and perhaps one or two other Muslim philosophers no Muslim scholar in my opinion has considered the problem of knowledge to be a basic one for the Muslim today”.
Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut: (Di sebagian negara-negara Islam sekarang ini, banyak umat Islam yang beranggapan bahwa permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi bersumber dari ketertinggalan dalam bidang ekonomi, sains, dan teknologi. Walaupun secara sekilas anggapan seperti ini benar, permasalahan inti yang menjadi penyebab semua permasalahan lainnya adalah permasalahan ilmu. Menurut hemat saya, selain dari diri saya dan mungkin satu atau dua filosof Muslim yang lain, tidak seorang pun di antara sarjana Muslim yang memperhatikan ilmu sebagai permasalahan utama yang dihadapi umat sekarang ini).[1]
Dari sini bisa kita pahami bahwa pokok permasalahan umat Islam sebenarnya bukan terletak pada ketertinggalan umat Islam dalam bidang ekonomi, sains, ataupun teknologi. Akan tetapi inti pokok permasalahan Umat Islam baik secara internal maupun eksternal adalah the problem of knowledge (problem atau permasalahan ilmu). Wallahu a’lam Bi Showab
penulis: Mohammad Harir Saifu Yasyak, S. Fil.I


[1] Surat kepada Sekretariat Islam, 15 Mei 1973 dalam Wan Daud, The Educational Philosophy, hlm. 70-71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar