KH. HASYIM ASYA'ARI PENDIRI NU |
di tengah gencarnya perkembangan aliran sesat,
masyarakat yang tahu akan bahaya aliran sesat berusaha untuk melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar. Tetapi apa yang telah dilakukan oleh seorang pemimpin NU
yang satu ini. Ia merelativkan pandangan itu, bukannya mengajak kepada
keyakinan dan kebenaran, malah menghasut ke dalam keraguan dan kesesatan dengan
pernyataan yang seharusnya tidak layak disampaikan kepada para Nahdiyin dan
ummat muslim di seluruh dunia ini
ia mungkin tak tahu atau lupa atau
bahkan memungkiri fatwa KH. HASYIM ASYA'ARI PENDIRI NU
terhadap aliran Syi’ah.
Sejak
didirikan pertama kali pada 31 Januari 1926, NU melalui pendirinya Hadratus
Syeikh Hasyim Asy’ari mengeluarkan rambu-rambu peringatan terhadap paham Syi’ah
ini. Peringatan tersebut dikeluarkan agar warga NU ke depan hati-hati menyikapi
fenomena perpecahan akidah. Meski pada masa itu aliran Syi’ah belum sepopuler
sekarang, akan tetapi Hasyim Asya’ari memberi peringatan kesesatan Syi’ah
melalui berbagai karyanya. Antara lain; "Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama’, "Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jama’ah,al-Nur al-Mubin fi
Mahabbati Sayyid al-Mursalin” dan “al-Tibyan fi Nahyi ‘an Muqatha’ah al-Arham
wa al-Aqrab wa al-Akhwan”.
Beliau
mengatakan: “Di zaman akhir ini tidak ada madzhab yang memenuhi persyaratan
kecuali madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali). Adapun
madzhab yang lain seperti madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah adalah
ahli bid’ah. Sehingga pendapat-pendapatnya tidak boleh diikuti” (Muqaddimah
Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’, halaman 9).
Syeikh
Hasyim Asy’ari mengemukakan alasan mengapa Syi’ah Imamiyyah dan Zaidiyyah
termasuk ahli bid’ah yang tidak sah untuk diikuti. Dalam kitab Muqaddimah Qanun
Asasi halaman 7 mengecam golongan Syi’ah yang mencaci bahkan mengkafirkan
sahabat Nabi SAW.
Mengutip
hadis yang ditulis Ibnu Hajar dalam Al-Shawa’iq al-Muhriqah, Syeikh Hasyim
Asy’ari menghimbau agar para ulama’ yang memiliki ilmu untuk meluruskan
penyimpangan golongan yang mencaci sahabat Nabi SAW itu.
Hadis
Nabi SAW yang dikuti itu adalah: “Apabila telah Nampak fitnah dan bid’ah
pencacian terhadap sahabatku, maka bagi orang alim harus menampakkan ilmunya.
Apabila orang alim tersebut tidak melakukan hal tersebut (menggunakan ilmu
untuk meluruskan golongan yang mencaci sahabat) maka baginya laknat Allah, para
malaikat dan laknat seluruh manusia”.
Peringatan
untuk membentengi akidah umat itu diulangi lagi oleh Syeikh Hasyim dalam
pidatonya dalam muktamar pertama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’, bahwa madzhab yang
sah adalah empat madzhab tersebut, warga NU agar berhati-hati menghadapi
perkembangan aliran-aliran di luar madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah tersebut.
Dalam
Qanun Asasi itu, Syeikh Hasyim Asy’ari menilai fenomena Syi’ah merupakan fitnah
agama yang tidak saja patut diwaspadai, tapi harus diluruskan. Pelurusan akidah
itu menurut beliau adalah tugas orang berilmu, jika ulama’ diam tidak
meluruskan akidah, maka mereka dilaknat Allah SWT.
Kitab
“Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’” sendiri merupakan kitab
yang ditulis oleh Syeikh Hasyim Asy’ari, berisi pedoman-pedoman utama dalam
menjalankan amanah keorganisasian Nahdlatul Ulama. Peraturan dan tata tertib
Jam’iyyah mesti semuanya mengacu kepada kitab tersebut.
Jika
Syeikh Hasyim Asy’ari mengangkat isu-isu kesesatan Syi’ah dalam “Muqaddimah
Qanun Asasi”, itu berarti persoalan kontroversi Syi’ah dinilai Syeikh Hasyim
sebagai persoalan sangat penting untuk diketahui umat Islam Indonesia. Artinya,
persoalan Syi’ah menjadi agenda setiap generasi Nahdliyyin untuk diselesaikan
sesuai dengan pedoman dalam kitab tersebut.
Sikap
tegas juga ditunjukkan Syeikh Hasyim dalam karyanya yang lain. Antara lain
dalam “Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jama’ah” dan “al-Nur al-Mubin fi Mahabbati
Sayyid al-Mursalin” dan “al-Tibyan fi Nahyi ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqrab
wa al-Akhwan”, di mana cacian Syi’ah dijawab dengan tuntas oleh Syeikh Hasyim
dengan mengutip hadis-hadis Nabi SAW tentang laknat bagi orang yang mencaci
sahabatnya.
dan ini pernyataan beberapa pengurus NU:
Tetapi
apa yang terjadi pada generasi penerus beliau sekarang ini berbeda 180 derajat.
Mereka malah membelanya. Apakah layak dan pantas orang seperti ini dikatakan
sebagai generasi penerus para ulama ahlu sunnah waljama’ah.
di bawah ini adalah pernyataannya ketua
umum NU yang sekarang dan cukup fenomenal:
semoga dari penjelasan ini, masyarakat
semakin terbuka wawasannya dan bisa memilah mana yang Haq dan bathil. Aliran sesat
harus kita waspadai dan harus kita lawan karena ini adalah amar ma’ruf nahi munkar.
Saling mengingatkanlah kita terhadap keluarga, semuslim dan sesama ummat yang
lainnya. janganlah bosan jadi orang baik. Wallahu ‘alam bi shawab
penulis: Mohammad Harir Saifu Yasyak,
S.Fil.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar