Kamis, 13 Desember 2012

Perbedaan Islam dan Religion




Islam memilliki banyak makna yang tidak bisa disamakan dengan Agama. Islam sebagai Din merupakan konsep murni dan asli bersumber dari Islam. Agama- agama lain tidak memiliki konsep ini. Konsep Din dalam Islam bisa dimaknai sebagai kesaksian Q.S. Al-A’raf 172. keberhutangan Q.S. Al-Mu’minun 12-14. Kepatuhan Q.S. Ali-Imran 83, ketundukan Q.S. Al-Nisa’ 125. Kesadaran Q.S. Al-Baqarah 256. kekuatan hukum dan Undang- undang Q.S. Al-Baqarah 245 dan Q.S. Yusuf. 76. pembalasan Q.S. Al-Faatihah 4. Din-Al-Haq Q.S. Ali-Imran 19 dan 85. Serta kehendak ilahi dan kecenderungan alamiah Q.S. Al-Dhariyat 56.


 Makna tentunya berbeda dengan kata aslinya. Makna belum tentu bisa mewakili arti sesungguhnya dari sebuah kata atau kalimat asli. Akan tetapi kata atau kalimat asli itu syarat dengan makna- makna di dalamnya. Jadi antara keduanya merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan. 

Jika kita liat dalam kamus- kamus besar maupun ensiklopedia kita akan menemukan perbedaan definisi yang jauh antara Islam dan Agama/ Religion. Sehingga Islam tidak bisa dikatakan sebagai sebuah agama ataupun Religion. Islam Is not like Religion. Islam Is More Than Religion. Islam adalah Islam dan Islam adalah Din. Islam Is Islam and Islam Is Din.

Di luar negeri pun makna religion sudah bergeser dari makna hakiki yang bisa kita ketahui dalam beberapa ensiklopedia maupun kamus international. Kata Religion biasa kita jumpai dalam sponsor sepak bola seperti It’s Like Religion/ Our Religion bahkan ada yang membuat Agama Maradona. Bisa jadi seseorang yang fanatik terhadap sesuatu akan menganggap hal itu sebagai sebuah religion. Sehingga makna religion menjadi kabur dan tidak menentu arti atau makna katanya. 

Kasus di Indonesia adalah menganggap bahwa Islam itu adalah Agama. Dalam dunia pendidikan pun dikatakan seperti itu, bahkan materi yang kita kenal juga materi pendidikan agama Islam.  Sebetulnya secara istilah sudah salah dan inilah yang harus kita benahi atau kita perbaiki. Dan yang benar adalah materi pendidikan dinul-islam.  Memang terlihat sepele. Akan tetapi sebagai ummat islam kita harus mengetahui istilah- istilah dari agama Islam, yang mana istilah- istilah sungguh sangat berbeda jauh artinya jika diterjemahkan kedalam bahasa lain dalam artian akan tereduksi makna hakikinya. Jadi kita harus mengembalikannya ke bahasa aslinya.
Mayoritas umat Islam meyakini bahwa agamanya-lah yang paling benar disisi-Nya. Selain Islam adalah agama yang tidak diridhai, alias “salah”. Dasarnya, Inna ad-diina ‘indallaahi al-islam (Q.S. 3:19), yang di tafsir depag--maupun di berbagai tafsir--diartikan "sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam". Tentunya berbeda dengan orang minoritas yang meyakini bahwa agamanya belum tentu benar atau benar tetapi tidak paling benar (Kaum Pluralisme Agama).

Islam tidak cukup hanya diartikan dengan kata selamat. Islam yang salah satu artinya selamat tidak diartikan sebagaimana mestinya. Sementara bila kata "selamat" disertakan didalamnya, maka artinya menjadi "sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah selamat". Disinilah letak kejanggalannya, orang yang mengatakan bahwa agama yang diridhai Tuhan adalah "selamat" adalah sebuah kesalahan

Ada sebuah pendapat dari sekelompok orang yang menganut paham Liberalisme dan Pluralisme. di  dalam Q.S. Al-Baqarah [2]:62 disebutkan bahwa “sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Dengan dalil ini mereka mengklaim bahwa tidak hanya Islam saja yang mendapat pahala di sisi Allah, agama lain juga berhak memperoleh pahala atas kebajikan yang mereka perbuat. Ini wujud doktrin Relativisme dan Inklusivisme serta dekonstruksi Syari’ah.

Perlu diketahui bahwa. Memang benar golongan yang disebutkan dalam ayat tersebut akan memperoleh pahala di sisi Allah. Akan tetapi perlu diketahui dalam ayat tersebut dinyatakan diterimanya amalan- amalan mereka jika beriman kepada Allah. Percaya kepada hari akhir. Serta beramal sholeh. Inilah syarat yang harus mereka penuhi. Jika tiga unsur ini saja sudah terpenuhi maka sudah pasti amalan- amalan sholeh mereka akan diterima di sisi Allah. 

Nash ini tentunya ditujukan kepada golongan tersebut sebelum masa takhrif atau pelencengan dan pembelotan dengan mengubah ajaran yang murni datang dari ALLah. Untuk konteks sekarang ini golongan yang telah disebutkan dalam ayat tersebut sudah banyak yang merubah ajaran- ajaran aslinya. Sehingga sudah tidak bersifat Absolut lagi. Maka jadilah agama yang bersifat tidak mutlak  dan menjadi produk budaya karya manusia. Wallahu ‘alam Bi Showab

Referensi:
Prof.Dr. Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Prolegonema.
Al-Baqillani. Al-Tamhid..
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi. Misykat.
Roni Djamaloeddin. Islam  Itu  "Bukan  Agama. Rancangan  Tulisan  Majalah “ISLAMIA”
Penulis: Mohammad Harir Saifu Yasyak, S.Fil.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar